Situ Gunung Suspension Bridge : The Long And Winding Bridge


“Dek, pelan-pelan jalannya. Jembatannya goyang-goyang!”

“Yang, Dipta jangan lari-lari. Bahaya!”

“Jangan kepinggir-pinggir, lho. Ini tuh tinggi banget!”

Begitulah kekhawatiran saya ketika melihat tingkah polah anak saya saat melewati Situ Gunung Suspension Bridge, jembatan gantung terpanjang di Indonesia.

jembatan gantung situ gunung
Sebelum nyebrang jangan lupa berdo’a

Januari lalu, saya bersama suami dan anak saya memboyong ibu serta adik-adik saya yang sedang berkunjung ke Sukabumi untuk berwisata ke Situ Gunung Suspension Bridge.

Objek wisata ini memang merupakan salah satu tempat yang paling iconic dari Sukabumi. Hanya berlokasi sekiar 8.5 km dari rumah, kami pun memutuskan untuk gaskeun lah ke sana.

Perjalanan Menuju Situ Gunung Suspension Bridge

Dari rumah menuju jembatan gantung di Situ Gunung hanya memakan waktu kurang lebih 30 – 45 menit. Kami menggunakan Gmaps sebagai pemandu arah, ternyata diarahkan melewati jalan yang blusukan dan sempit. Suami saya beberapa kali ngomel karena melewati track yang kurang menyenangkan.

Sebenarnya, rute menuju Situ Gunung bisa ditempuh lewat kota Sukabumi. Akan tetapi, Gmaps kala itu menunjukkan panjangnya jalan berwarna merah yang artinya macet hingga akhirnya kami mencari jalan alternatif lain. Padahal, jika lewat kota tentu jalannya lebih lebar dan bagus.

Jam Operasional Kawasan Wisata Situ Gunung

Kawasan wisata Situ Gunung yang beralamat di kawasan konservasi Taman Nasional Gede Pangrango, Desa Kadudampit, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini, mulai dibuka pukul 6.00 WIB dan tutup di jam 16.00 WIB.

Kami berangkat sekitar pukul 9 pagi dan sudah tiba di sana sebelum jam 10. Jika dilihat dari situasi di area parkir, tampak tidak terlalu ramai dan tidak juga terlalu sepi.

Mumpung sepi, kami pun menyempatkan diri untuk berfoto di depan gerbang utama Situ Gunung Suspension Bridge.

Harga Tiket Masuk Situ Gunung Suspension Bridge

sumber : situgunungbridge.com

Sebenarnya ini adalah kali kedua saya bersama anak dan suami pergi ke jembatan gantung Situ Gunung. Tahun lalu, kami hanya membayar tiket parkir HTM sebesar Rp50.000,- untuk dewasa. Anak saya yang saat itu masih berusia 2 tahun bebas biaya.

Bulan Januari kemarin, ternyata sudah ada HTM baru nih. Harga tiket masuk ke Situ Gunung Suspension Bridge tergantung dari jalur mana yang akan dipilih. Ada 3 pilihan jalur :

Jalur Merah

Biaya yang dikeluarkan ketika teman-teman memilih jalur merah adalah Rp50.000,- per orang. Bagi yang memilih jalur merah ini, tidak mendapat fasilitas welcome drink and snack dan harus menempuh track sepanjang 3.7 km dengan berjalan kaki.

Jalur Kuning

Biaya yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp.75.000,- per orang untuk yang memilih jalur kuning. Track yang ditempuh dengan berjalan kaki adalah sepanjang 2.3 km.

Tersedia fasilitas antar jemput menggunakan motor atau mobil dari gerbang utama menuju tempat disediakannya welcome drink and snack yang tak jauh dari lokasi jembatan gantung.

Jalur Hijau

Disebut juga dengan jalur VVIP karena dengan membayar Rp100.000,- per orang, teman-teman sudah bisa mendapatkan akses jalur yang lebih mudah dan singkat dibandingkan dengan pengguna jalur merah dan kuning.

Dari gerbang utama, teman-teman yang memilih jalur hijau akan diantar menggunakan mobil atau mobil menuju tempat disediakannya welcome drink and snack yang bisa dinikmati oleh pengguna jalur kuning dan hijau.

Keistimewaan lainnya adalah pengguna jalur hijau akan diprioritaskan untuk melewati jembatan gantung terlebih dahulu. Selain itu, ada beberapa jalan pintas yang hanya dapat dilalui oleh pengguna jalur hijau.

Di akhir perjalanan, pengguna jalur hijau akan diantarkan kembali oleh motor atau mobil hingga mencapai tempat parkir. Sehingga, jarak yang harus ditempuh dengan berjalan kaki hanya 1.7 km. Hemat banyak ya!

Baca tentang : 5 Rekomendasi Destinasi Honeymoon Romantis untuk Newlyweds

Ada juga fasilitas makan siang bagi pengunjung yang ingin menikmati makan siang di De’ Balcone Gede Pangrango Resto. Tentunya kudu nambah biaya sebesar Rp25.000,- dengan pilihan makanan yang terbatas.

Dengan pertimbangan kenyamanan ibu dan anak saya, akhirnya kami memilih untuk menggunakan jalur hijau tanpa nambah fasilitas makan siang.

Pengalaman Tracking di Situ Gunung Suspension Bridge

Bocil mah udah paling excited karena tau akan menyusuri hutan dan jalan-jalan ke air terjun. Ibu dan kedua adik saya juga terlihat antusias untuk refreshing sejenak dari hiruk pikuk kehidupan perkotaan.

Menikmati Welcome Drink and Snack

Setelah menyelesaikan transaksi di loket tempat penjualan tiket, sudah ada beberapa ojek yang menunggu untuk mengantar kami menuju tempat disediakannya welcome drink and snack.

Dibandingkan dengan kunjungan saya yang pertama, rasanya beda jauh banget. Dulu menuju ke check point pertama yaitu De’ Balcone yang sekarang menjadi tempat welcome drink and snack udah mayan gempor karena harus jalan kaki dengan track yang mostly menanjak.

welcome drink suspension bridge
You Are Welcome

Kemarin cihuy! Nggak sampai 10 menit sudah sampai di tempat tujuan. Kami pun segera menukarkan kupon dengan beraneka camilan seperti pisang dan singkong rebus, bakso serta teh manis hangat.

Selesai menikmati makanan, snack dan minuman, kami pun langsung otewe ke jembatan gantung, tujuan utama dari wisata hari itu.

Menyusuri Suspension Bridge

the long situ gunung suspension bridge
Situ Gunung Suspension Bridge

Situ Gunung Suspension Bridge, merupakan jembatan gantung terpanjang dan tertinggi di Indonesia. Beberapa sumber bahkan menyebutkan di Asia. Membentang sepanjang 243 meter dengan ketinggian 161 meter di atas permukaan tanah.

Jujur, ada perasaan horror sebenernya nyebrang di jembatan gantung ini. Ada kekhawatiran, “Aman nggak ya?”. Apalagi habis terperosok di salah satu rumah makan yang lantai kayunya amblas. Adegan-adegan kurang menyenangkan langsung berputar di kepala.

Baca juga : Tragedi Amblasnya Lantai Kayu di Rumah Makan

Fyi, ada pembatasan jumlah pengunjung yang boleh melewati jembatan yaitu maksimal 40 orang. Meskipun infonya jembatan ini dapat menampung sekitar 150 orang atau menanggung beban maksimal 55 ton, untuk mengutamakan faktor keselamatan hanya boleh dilewati oleh 40 orang saja.

di depan suspension bridge
Ready to go

Waktu kami menyebrangi jembatan tersebut, hamdallah tidak banyak pengunjung lain.

Jembatan gantung ini sendiri menggunakan bahan utama kayu ulin yang didatangkan dari Papua. Kayu ini disebut juga sebagai kayu besi yang tahan terhadap berbagai perubahan cuaca dan tidak mudah digerogoti oleh rayap.

Agar lebih kokoh, jembatan ini menggunakan 5 sling sekaligus dan bagian pinggirnya dibatasi dengan jaring kawat untuk membuat pengunjung lebih aman. Disediakan APD standar juga yakni helm dan sabuk pengaman.

Petugas mengatakan sabuk pengaman hanya digunakan saat udara sedang berangin atau jembatan dalam kondisi bergoyang cukup kuat. Caranya adalah dengan mengaitkan sabuk ke besi (ramp) yang ada di pinggir jembatan. Tujuannya supaya pengunjung tetap stabil berdiri di atas jembatan.

Saat akhirnya saya beserta keluarga melangkah menyusuri jembatan, saya merasa angin berhembus cukup kencang hingga jembatannya goyang-goyang. Gusti! Saya yang biasa stay cool mendadak jiper.

Suspension Bridge Sukabumi
Bersama Keluarga di Atas Suspension Bridge

Ibu dan adik-adik saya tampak tenang berfoto-foto di atas jembatan. Saya dan suami saya cukup panik mengasuh anak saya yang nggak ada takut-takutnya. Nggak mau digendong, maunya wara wiri sendiri nggak kenal bahaya.

Alhamdulillah, perjalanan 243 meter dilewati dengan aman.

Track Menuju ke Curug Sawer

Lega rasanya sudah melewati satu jembatan gantung. Emang ada yang kedua? Ada dong! Buat kembali lagi ke starting point, tentu kita harus melewati jembatan gantung yang menuju jalur pulang.

Namun, untuk menuju jembatan gantung yang kedua, pengunjung mesti menyusuri jalur melewati hutan hingga menyebrang sungai. Jalurnya memang sudah dibuka dan tertata dengan rapi, pengunjung tinggal mengikuti saja.

kawasan situ gunung
Refreshing!

Tapi harus berhati-hati karena beberapa spot yang batuannya sudah berlumut cukup licin. Suami saya hampir terpeleset beberapa kali, bahkan saat menggendong anak saya yang udah capek jalan kaki. Huft! Harus hati-hati banget.

Baca tentang : 4 Tipe Traveler Setelah Berkeluarga

Tak jauh dari suspension bridge, kita dibawa mengunjungi area perkemahan. Bagi yang berminat untuk berkemah di sana, tersedia beberapa paket mulai dari kemping menggunakan tenda hingga glamcamp (glamour camping).

Perjalanan kami lanjutkan hingga tiba di check point berikutnya yakni Curug Sawer. Anak saya senang sekali akhirnya bisa mengunjungi sungai dan air terjun lagi.

curug sawer situ gunung
Curug Sawer

Aliran air terjun di Curug Sawer tergolong deras sehingga kita hanya bisa menikmati pemandangan air terjun dari atas jembatan di dekat sana. Para pengunjung menghabiskan waktunya untuk beristirahat sembari memandangi air terjun dan tentunya berfoto di sana.

Saya beserta keluarga pun demikian, setelah puas melihat view di sekeliling air terjun, kami pun melanjutkan perjalanan untuk kembali menyebrangi jembatan dan mengakhiri kegiatan di Situ Gunung Suspension Bridge.

Menyebrangi Jembatan Gantung (Lagi)

Perjalanan untuk menuju ke titik awal tidak kalah seru. Beberapa kali kami harus melewati jembatan kecil yang buat seorang doang gitu, untuk menyebrangi sungai-sungai kecil di sana.

Ada pula transportasi baru yakni ‘keranjang sultan’, yang dapat digunakan untuk sarana menyebrang. Bentuknya kayak ayunan rotan yang akan mengangkut pengunjung menyebrangi sungai seperti flying fox.

jembatan di situ gunung
Jaga Jarak Aman

Kami sendiri nggak mau mengantri dan memilih untuk menyebrang melalui jembatan kecil dan berjalan kaki. Toh, jarak tempuhnya tidak terlalu jauh bedanya.

Selanjutnya, kami masih menyebrang jembatan gantung untuk yang kedua kalinya. Kali ini saya merasa lebih rileks karena angin yang berhembus tidak sebesar saat menyebrangi jembatan di awal tadi.

jembatan gantung situ gunung
Agak tegang ternyata ya, Sis 😛

Pengunjung yang menyebrang jembatan saat itu pun hanya keluarga saya dan satu grup lainnya yang terdiri dari 3 orang. Karena sepi, saya dan adik-adik sempat berfoto-foto lagi di sana.

Beristirahat di De’ Balcone Gede Pangrango Resto

Tak lama, kami bergegas untuk langsung melanjutkan perjalanan karena anak saya sudah mulai cranky kelaparan. Kami pun singgah sejenak di De’ Balcone Gede Pangrango, restoran yang letaknya di tepi tebing dengan pemandangan hutan.

de' balcone gede pangrango
Dhang sik

Bagi yang membeli kupon makan siang, tempat penukarannya adalah di restoran ini. Menu yang disediakan di sana cukup bervariatif mulai dari camilan hingga makanan berat.

Berhubung tidak berencana untuk makan siang di sana, anak saya saya yang dipesankan menu makanan sementara saya dan keluarga saya yang lain memilih untuk memesan minuman sembari melepas lelah dan menikmati pemandangan.

Objek Wisata Lainnya

Saya beserta keluarga mengakhiri perjalanan kami di Situ Gunung Suspension Bridge setelah selesai makan dan minum di resto De’ Balcone Gede Pangrango. Kami diantar kembali menggunakan mobil hingga tiba di area parkir.

Untuk menuju ke parkiran, kami melewati tempat para pedagang menjajakan jualannya mulai dari oleh-oleh, tanaman hingga makanan.

Selain that famous suspension bridge, teman-teman juga bisa mengunjungi Danau Situ Gunung yang letaknya masih dalam satu kawasan wisata Situ Gunung ini.

Untuk informasi lebih detail, bisa cek langsung ke website situgunungbridge.com. Di sana ada banyak informasi terutama mengenai fasilitas dan paket wisata yang tersedia.

Sekian dulu cerita jalan-jalan dalam tulisan ini. See you on the next traveling story 😉

Post a Comment

1 Comments

  1. Wah mba saya dari dulu pengen banget ke sini, belum kesampaian sampai sekarang, suka banget dengan destinasi wisata jenis ini seru

    ReplyDelete