Sejak kecil, saya sering sekali diajak traveling oleh kedua orang tua saya. Hal tersebut kemudian menjadi kebiasaan yang membuat saya menjadi traveler setelah beranjak dewasa dan tinggal jauh dari orang tua.
Beruntungnya, saya pun bertemu dengan pasangan yang sama-sama doyan plesiran. Meskipun kami dipertemukan di satu gedung kantor yang sama, namun kami menjadi lebih akrab karena momen traveling bareng teman-teman kantor.
Setelah menjadi pasangan suami istri, saya menantikan dong ya, momen jalan-jalan berdua suami. Kami bahkan menghabiskan bulan madu di banyak tempat, mumpung punya jatah cuti banyak!
Baca juga: 5 Rekomendasi Destinasi Honeymoon untuk Newlyweds
Setelah punya anak pun, saya excited sekali ingin membawa anak saya bepergian ke berbagai tempat. Akan tetapi, capek dan stress banget tiap melihat anak sering kali jatuh sakit setelah traveling!
“Emang gitu kalau anak-anak. Pulang jalan-jalan jauh pasti sakit!”
Seorang kerabat menormalisasi hal tersebut yang mana menurut saya harusnya bisa nggak gitu! Gara-gara anak saya suka drop, minimal batuk-pilek, setelah bepergian, ada masanya saya maleeesss banget diajak pergi-pergi. Even untuk ke Bandung ke rumah mertua pun, nggak ada semangat packing. Hiks!
Tapi, masa selamanya saya mau terjebak di situasi ini, nggak berani ngajak anak ke mana-mana dan nggak mencari solusinya? Oh, that’s not so me!
7 Cara Menjaga Kesehatan Anak Selama Traveling
Sebenarnya saya tuh memikirkan diri sendiri, gimana caranya gue bisa tetep traveling sambil bawa anak dan secara maksimal menjaga kondisi kesehatannya? Akhirnya saya mencoba beberapa cara untuk memastikan kondisi anak saya selalu optimal selama di perjalanan.
Setelah beberapa kali bepergian dan terakhir kali saat akhir tahun kemarin, dari tanggal 20 Desember 2022 – 8 Januari 2023, saya beserta suami dan anak saya bepergian ke Bandung, Jogja dan Tangerang menggunakan mobil. Alhamdulillah, nggak ada drama sakit selama perjalanan hingga kami pulang kembali ke Sukabumi.
Kira-kira, inilah yang saya lakukan untuk memantau, menjaga dan memastikan kondisi kesehatan anak saja selama di perjalanan:
1. Perhatikan Asupan Gizi Sebelum dan Selama Bepergian
Saya perhatikan, jadwal makan anak saya akan selalu bubar jalan setiap kali kami traveling. Ya, saya paham dia senang dengan aktivitas traveling dan menikmati fase eksplorasinya. But, jangan lupa makan dong!
Apalagi kalau sudah bertemu dengan sepupu-sepupunya, beuh! Saya nyodorin sendok makan aja langsung cepet kabur kayak belut, licin banget susah ditangkep. Gimana kagak sakit, main mulu nggak mau makan, yekan?!
Baca tentang: Jamu Cekok, Efektifkah untuk Atasi Anak Susah Makan?
Sekitar 2 minggu sebelum bepergian, saya sudah menstop semua keinginan anak saya makan es, coklat, dan micin-micinan. Semua yang masuk ke badannya harus yang bergizi. No cheating-cheating day.
Selama di tempat tujuan pun, syarat makan sebelum main diberlakukan. Ketika kondisi di tujuan tidak kondusif dan membuat anak saya tidak fokus makan, misalnya di rumah mertua dengan banyak sepupunya, saya dan suami saya rela pergi makan di luar rumah demi mencari tempat yang lebih kondusif untuk dia makan.
2. Boost dengan Vitamin
Berhubung anak saya merupakan peaky eater, saya masih menambahkan suplemen berupa vitamin untuk memastikan bahwa kecukupan gizinya terpenuhi dan mendapatkan booster untuk sistem imunnya.
Pastikan juga anak sudah mendapatkan imunisasi yang lengkap, bila perlu sampai ke booster-boosternya. Hehe. Tindakan ini tentunya akan meminimalisir anak tertular penyakit dari lingkungan sekitarnya.
Penting juga nih untuk menjaga jarak dari orang-orang yang sakit. Tetap kenakan masker selagi di tempat umum meskipun sekarang sudah nggak PPKM lagi. Ketika ada anggota keluarga yang sakit, ngapunten dulu nggih kalau nggak boleh dekat-dekat atau main bareng sementara waktu.
3. Pastikan Anak Mendapatkan Istirahat yang Cukup
Saat sedang traveling, apalagi pergi ke tempat yang banyak orang, sering kali anak-anak keasyikan bermain sampai lupa waktu istirahatnya.
Anak saya yang saat ini berusia 4 tahun, masih rutin tidur siang sekali dalam sehari. Ini membuatnya kembali fresh di sore hari dan juga membuat saya jadi punya me time sejenak. Haha.
Akan tetapi, keteraturannya akan berubah saat sedang bepergian. Kalau sudah demikian, ia akan memaksakan diri untuk terus main padahal mata sudah tinggal 5 Watt.
Kalau sudah begitu tentu bocahnya akan cranky dan apa-apa serba salah. Marah-marah mulu dia. Hadeeh. Sudah waktunya me time nggak ada, anak cranky terus, apa nggak berasap kepala mamak? lol!
Jika beberapa kali saya biarkan kebutuhan istirahat siangnya itu tidak terpenuhi, belakangan saya lebih disiplin untuk memintanya tidur siang dulu dan lanjut main lagi nanti setelah bangun tidur.
Baca tentang: Mengobservasi dan Mengenali Periode Sensitif Anak Usia Dini
Proses ini tentu nggak mulus. Pasti banyak dramanya. Mulai dari teriak-teriak bilang, “Nggak mau!”, sampai nangis-nangis dibawa masuk ke kamar.
Mungkin ia sedih dan iri dengan saudara-saudaranya yang dibolehin main terus dan nggak tidur siang. Ya nggak apa-apa, terima aja perasaan sedihnya, tapi abis nangis tetap harus tidur siang dulu. Hehe.
Selentingan saya mendengar komentar “Harusnya biarin aja main sampai capek,” dan ada juga yang mengasihani anak saya karena disuruh-suruh tidur siang setiap hari.
Biarlah, kalau anak saya sakit memang mau bayarin ke dokter dan obat-obatannya?
4. Jaga Kebersihan Anak
Namanya juga balita, masih banyak sekali hal yang ingin dieksplorasinya. Main tanah, main air dan segala barang dimaininnya. Namun, penting banget untuk menjaga kebersihan badan anak-anak, terutama tangannya.
Saya punya pengalaman di mana anak saya ketika itu masih berada di fase oral, semua yang ia pegang pasti masuk dulu ke mulutnya. Someday, di sore hari anak saya mendadak demam, padahal pagi dan siang harinya masih aktif dan fine-fine aja.
Berhubung demamnya semakin malam semakin tinggi, maka saya dan suami langsung membawanya ke DSA. Dokter mengatakan bahwa anak-anak balita memang rentan sekali terserang penyakit, terutama jika kebersihan tangannya kurang diperhatikan. Duh, padahal saya merasa sudah sering banget ngajakin dia cuci tangan dan rutin mandi setiap hari.
5. Memastikan Akomodasi yang Nyaman bagi Anak
Saya dan suami selalu berusaha mencari akomodasi yang ramah anak. Baik itu transportasi maupun tempat kami menginap di tujuan. Saya yang sukanya overthinking memang selalu membuat plus minus jika kami pergi menggunakan moda transportasi ini dan itu, atau saat menginap di sini dan di sana.
Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Tinggal di Apartemen
Misalnya saja, saat kami memutuskan untuk pergi menggunakan mobil pribadi ke luar propinsi, maka saya dan suami sudah memperhitungkan akan berhenti di rest area mana saja dan memberikan anak saya waktu untuk bergerak sejenak, menghirup udara segar di luar mobil.
Jika harus menggunakan moda transportasi umum seperti kereta api, kami akan mencari jadwal keberangkatan di malam hari supaya sudah mendekati jam tidurnya. Ketika ia sudah tidur, ya saya dan suami juga jadi bisa istirahat. Hehe.
Begitu pun dengan penginapan yang akan dipilih saat traveling. Sebisa mungkin kami memilih tempat yang terjamin kebersihannya, dan menyedikan fasilitas yang menunjang kenyamanan anak.
6. Bawa Perlengkapan Penunjang
Kalau dulu sebagai solo traveler modal barang bawaan saya hanya satu ransel dan satu tas jinjing, setelah berkeluarga kayaknya semua dibawa deh!
Awal-awal traveling, saya sendiri heran melihat banyaknya barang bawaan yang kami bawa hanya untuk pergi beberapa hari. Akan tetapi, memang semuanya perlu dibawa karena menunjang kenyamanan anak saya dan kemudahan saya juga suami selama di perjalanan.
Mulai dari bantal, selimut, jaket, kaos kaki, perlak dan perintilan lainnya macam plastik kresek pasti diangkut. Saya ingin memastikan bahwa di perjalanan nanti, semua kebutuhan anak saya tidak ada yang tertinggal dan malah bikin repot diri sendiri.
Melihat ini semua, saya jadi teringat barang bawaan yang disiapkan ibu saya saat saya dan ketiga adik saya masih kecil ketika kami pergi traveling sekeluarga.
7. Bekali dengan Obat-obatan Dasar dan Pribadi
Meskipun saya sudah membentengi anak saya dengan asupan makanan, vitamin dan menjaga jadwal istirahatnya dengan sebaik-baiknya, yang namanya sakit bisa datang menyerang kapan saja. Hiks!
Oleh sebab itu, ke mana-mana saya pasti membawa obat-obatan dasar seperti obat demam, flu dan batuk, pro dan prebiotik, madu dan minuman herbal untuk mencegah kembung atau masuk angin.
Selain itu, jika anak mempunyai riwayat penyakit penyerta, sebaiknya dibawa juga obat-obatan terkait penyakit tersebut. Apalagi kalau anak sedang harus mengkonsumsi obat-obatan secara rutin, pastikan ada di antara barang bawaan ya.
Setelah beberapa kali anak saya jatuh sakit setelah bepergian, saya merasa sayalah yang kurang disiplin dan kurang tegas menerapkan aturan-aturan memang sebenarnya cocok untuk dia. Akhirnya, tips-tips di atas saya aplikasikan dan memang berhasil membuatnya tetap fit meski menempuh perjalanan jauh ke berbagai kota.
Buibu dan pakbapak yang lebih berpengalaman, mungkin mau berbagi tips juga di kolom komentar?
0 Comments