Tepatnya di Warung Layar Sentuh, Jl. Palem Raya, Tambakan, Sinduharjo, Kec. Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
Kejadian ini terjadi di hari Minggu, tanggal 26 Desember 2021. Menjelang kembali ke perantauan, saya malah dapat oleh-oleh kurang menyenangkan di kota istimewa ini.
Sebelum saya mulai cerita, saya mau disclaimer dulu kalau apa yang saya bagikan ini tidak bermaksud untuk menjelekkan atau menjatuhkan nama baik Warung Layar Sentuh.
Saya menulis pengalaman ini adalah pure untuk berbagi agar teman-teman bisa lebih berhati-hati dalam memilih tempat duduk di suatu rumah makan.
Harapan lainnya adalah agar pihak management dari Warung Layar Sentuh dapat memperbaiki dan meningkatkan fasilitas yang diberikan dengan menomorsatukan keselamatan pengunjungnya. Tentunya, ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua pelaku usaha tempat makan juga.
Mengunjungi Warung Layar Sentuh yang Lagi Hits di Yogyakarta
Berhubung di awal tahun nanti saya dan anak saya sudah harus kembali ke Sukabumi, pengen rasanya mendatangi tempat baru yang lagi hits di kalangan anak muda di Yogyakarta.
Salah satu teman saya merekomendasikan Warung Layar Sentuh, tempat makan dengan panorama sawah yang apik.
Kebetulan, lokasinya tidak jauh dari rumah kerabat saya. Saya, ibu, adik dan anak saya akhirnya berangkat ke sana. Saudara sepupu dan Bulik saya pun ikut serta.
Memilih Tempat Duduk di Warung Layar Sentuh
Ada area indoor di sebelah atas dekat dengan pintu masuk, area outdoor dekat kolam dan ada pula di outdoor bagian bawah persis pinggir sawah.
Keluarga saya memilih area outdoor di bawah yang dekat dengan area persawahan. Area tersebut dibangun dari kayu-kayu yang sekilas tampaknya aman-aman saja untuk dijejaki pengunjung.
Alasan kami memilih area ini antara lain karena di atas pengunjung cukup ramai dan terdapat smoking area. Selain itu, kalo untuk area indoor masih khawatir Covid-19 lah, apalagi saya membawa anak kecil.
Area yang kami pilih benar-benar terbuka, cukup luas dan terlihat aman untuk anak saya mengeksplorasi, tetap dengan pengawasan ketat tentunya.
Amblasnya Lantai Kayu di Area Tempat Makan
Setelah kami memilih meja dan tempat duduk, saya melihat anak saya berlarian menuju tepian sawah. Auto ngejar dong ya, khawatir anak gue nyemplung ke sawah pula!
Tiba-tiba, lantai kayu yang saya pijak amblas! Saya refleks berteriak dan mencoba mencerna apa yang terjadi. Kaki kiri saya sudah masuk ke dalam lubang yang terbentuk dari bagian kayu lapuk yang amblas tadi.
“Mbak, nggak apa-apa, Mbak?” Kata Mas yang sedang duduk di dekat saya. I’m trying to be cool dengan mengatakan nggak apa-apa dan berdiri lagi lalu sibuk memperingatkan anak saya untuk tidak berlarian.
Salah seorang waiter di sana langsung menghampiri, menanyakan keadaan saya dan meminta maaf atas kejadian tersebut.
Penjelasannya adalah banyak kayu yang lapuk akibat sering terjadi hujan. Biasanya area tersebut memang ditutup untuk umum.
Lha njuk, salah saya kah yang nggak tau gimana kondisi lantai kayu di sana? Salah saya kah yang nggak teliti membedakan mana papan kayu yang masih bagus dan yang tidak bagus?
“Tapi ini kan nggak ditutup, Mas. Bahaya loh buat yang lain..” Ibu saya menanggapi. Mas-nya ya iya-iya aja sambil terus meminta maaf.
Bahkan peringatan berupa tulisan atau secara lisan dari pihak rumah makan pun nggak ada. Padahal mereka sudah ngeh loh kalau area itu harusnya menjadi concern karena kondisinya sudah kurang baik.
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Sebenernya males banget, nunjukin area yang luka karena lukanya ada di lutut kiri dan paha kiri bagian atas. Lah gue kan berhijab, terus karyawannya Mas-Mas pulak!
Akhirnya saya tunjukin juga sih. Tapi mohon maaf ya saya nggak bisa publish di blog ini karena area lukanya ada di bagian sekitar lutut dan paha tadi. Lukanya sendiri terdiri dari luka memar dan berdarah karena kebaret kayu yang amblas.
Mas-nya pun langsung mengambilkan perlengkapan P3K yang bisa saya gunakan sebagai pertolongan pertama, yaitu Betadine dan kassa yang nggak saya pakai.
Tidak Tenang Melanjutkan Makan di Sana
Hilang mood saya untuk berfoto selfie, memfoto lebih banyak sudut di sana, mengambil gambar menu dan makanannya serta nggak mood lagi buat mereview tempat ini di blog.
Saya jadi parno, khawatir banget anak saya bakal njeblos kayak saya tadi. Lebih berhati-hati lagi dalam melangkah dan menyadari ternyata memang banyak spot yang kayu-kayunya sudah lapuk. May God!
Hingga saya kembali pulang, pihak rumah makan tidak menawarkan diri untuk memberikan kompensasi apapun.
Mungkin harus pelanggan kali ya yang ngomel-ngomel dengan nada tinggi minta kompensasi baru diberikan? Mbuhlah..
Melihat itikad baik mereka yaitu meminta maaf dan langsung menyediakan P3K untuk mengobati luka saya, termaafkan deh. Sampai saya mau pulang pun mereka masih mengucapkan permohonan maaf.
Lesson Learned
Hati-hati banget deh, dalam memilih area tempat makan. Terutama yang area kayu-kayu seperti yang saya pilih dalam pengalaman ini ya.
Pastikan bahwa area tersebut aman. Safety first. Apalagi untuk tempat makan yang berada di area terbuka, mending dipastikan dulu deh itu kayu yang digunakan kuat terhadap panas dan terpaan hujan nggak?
Saya dan ibu saya menekankan pihak rumah makan untuk SEGERA memperbaiki dan merenovasi area tersebut dengan menggunakan bahan lantai yang lebih aman. Mengingat nampaknya itu lantai kayu mudah lapuk dengan guyuran air hujan.
Memang luka yang saya alami hanya memar dan lecet. Tapi, bagaimana kalau hal ini terjadi lagi dengan korban yang mengalami luka lebih parah dari saya?
Apa iya mau nunggu sebagian besar lantai kayunya amblas baru ada tindakan nyata yang dilakukan? Karena dari yang saya lihat, area kayu pinggir sawah tersebut termasuk area yang populer didatangi oleh pengunjung.
Harusnya kejadian saya ini menjadi catatan penting bagi pihak rumah makan untuk melakukan tindakan corrective dan preventive sesegera mungkin, sehingga tidak akan ada lagi kejadian seperti ini.
0 Comments